Dedy Tenis
Club (DTC) melakukan pembinaan tenis sejak tahun 2000 silam. Pembinaan DTC yang
diasuh langsung oleh Deddy Zunaidi dan dibantu dua asisten pelatih, tepatnya dilaksanakan
setelah mendapatkan sertifikat pelatih untuk tingkat dasar pertama. Berjalan
tiga tahun, ada perubahan persayatan kepelatihan menjadi level one. Sebenarnya sama saja, tetapi level one lebih luas dan lebih mendunia pada ITF (International
Tennis Federation), Ungkap Dedy selaku pelatih DTC.
Sistem
pembinaannya sangat baik dan bertahap. Diantaranya dimulai dengan kelas beginner (pemula), intermediate (menengah), dan advanced
untuk siswa yang sudah berprestasi. Bagi kelas beginner (pemula) pembinaan dimulai dari usia dini atau kelas satu
sekolah dasar. Tahap ini minimal pengenalannya sekitar satu atau dua tahun berikutnya
baru mereka bisa masuk di kelas intermediate
(menengah) setelah mulai mengikuti beberapa kejuaraan yang dipertandingkan.
Untuk
menambah kemampuan dan kepercayaan diri bagi anak-anak binaan DTC, setiap
Turnament yang diadakan di kota Pontianak, siswa selalu diikutsertakan. Tidak
itu saja, mereka juga mengikuti pertandingan pada kejurnas Tenis, Fixed Telkom
di Bandung misalnya. Prestasi-prestasi yang didapat oleh Dedy Tenis Club juga
sangat baik, karena dari hasil binaan DTC beberapa diantaranya diambil sebanyak
tiga wanita dan dua pria untuk mewakali Kalbar diajang PON, ujar Deddy.
Ditambahkan
Dedy pelatih DTC dalam wawancara bersama Erka Sport, dari semua pembinaan yang
sudah berlangsung hingga sekarang, kendala kami ada dipendanaan. Karena sarana
dan prasarana kami masih kurang ditambah lagi dengan banyaknya event-event yang
sebenarnya mesti diikuti. Untuk event pertandingan di kota Pontianak sendiri,
DTC selalu mengikutsertakan siswa, namun
untuk event kejurnas banyak sekali, kendala utamanya ada dipendanaan
kami hanya bisa mengirim beberapa orang saja, itu pun mereka mengeluarkan biaya
sendiri.
Tidak adanya
bantuan dari organisasi atau pihak terkait lainnya. “untuk ke depannya saya
akan berusaha menjembatani mereka dengan mencari sponsor buat mereka, agar
mereka bisa terus dan terus bertanding supaya kemampuan dan pengalamannya juga terus
bertambah dan bisa memperoleh peringkat serta berprestasi di jenjang nasional”
tegasnya prihatin dengan perkembangan pembinaan tenis.
Pengembangan
atlet tenis secara professional, atletnya harus sering mengikuti berbagai
kejurnas seperti Fixed Telkom bandung yang rutin diikuti dan beberapa event
lain yang diakan PB PELTI. Berkenaan dengan kejurnas yang sering diadakan di
pulau jawa dan di seluruh Indonesia, Deddy mengakui ada beberapa perbedaan dari
sisi pembiayaan, jika atlet jawa dengan dana yang sama bisa mengikuti tiga
sampai empat kali pertandingan sementara untuk atlet kita hanya bisa untuk satu
pertandingan saja.
Sementara
untuk pengembangan pembinaan atlet idealnya ada peringkat dari masing-masing
kelas dan kelompok usianya. Hal ini mengacu pada tahapan pembinaan PB PELTI
sendiri, jika atlet ada peringkat dan memiliki peringkat yang bagus maka akan dilihat
dari peringkat tersebut, selanjutnya atlet tersebut sudah bisa langsung ikut ke
PON misalnya jadi tidak perlu lagi untuk dilakukan seleksi melalui pra PON, mudah-mudahan
kedepannya DTC mengarah kesana, sesuai dengan acuan PB PELTI ujar Deddy.
0 comments:
Post a Comment